DefinisiSeni Kontemporer. Seni kontemporer adalah seni yang diciptakan oleh seniman yang hidup di zaman kita saat ini yaitu karya seni yang diproduksi selama akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Karya seni kontemporer terdiri dari beragam gaya, media (patung, lukisan, fotografi, gambar, atau cetakan), atau gerakan artistik.
Rencananyakarya ini akan diletakan di museum pos Indonesia. Selain mempunyai filosofi serta tujuan dari masing-masing seniman, karya di atas juga mempunya tampilan yang unik dan menarik. Demikian ulasan mengenai Seni Rupa Kontemporer. Mulai dari pengertian, perkembangan, ciri-ciri, macam, dan contoh seni kontemporer.
SeniLingkungan. Pertumbuhan seni rupa kontemporer pada pertengahan tahun 1960-an hingga 1970-an, ada kecenderungan pada perupa untuk memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Mereka mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerakan cinta lingkungan.
3 Jenis Jenis Seni Rupa Berdasarkan Fungsinya. Seni Rupa Terapan, ialah salah satu jenis seni rupa yang dihadirkan dari suatu tujuan praktis. sebuah Karya yang digunakan dari benda-benda dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Contohnya: senjata, poster, keramik, rumah dan lain sebagainya.; Seni Rupa Murni ialah salah satu jenis karya seni rupa yang diciptakan bukan untuk suatu tujuan untuk
Untuklebih jelasnya, mari kita simak uraian materi tentang kontemporer adalah, di bawah ini. Daftar isi sembunyikan. 1 Pengertian Kontemporer adalah. 2 Ciri-ciri Seni Kontemporer. 3 4 Jenis Seni Kontemporer. 3.1 Seni Rupa Kontemporer. 3.2 Musik Kontemporer. 3.3 Seni Teater Kontemporer. 3.4 Seni Tari Kontemporer.
Keunikangagasan berkarya seni rupa. 2. modern/kontemporer adalah selalu menggali inspirasi dan berkreasi/menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas seni rupa modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Unik : tidak memiliki persamaan dengan karya seni lainnya 2. Individual : bersifat pribadi atau perseorangan 3.
SelainPablo Picasso dan Georges Braque, penting untuk menunjukkan pelukis kubisme penting lainnya, seperti: Albert Gleizes, Robert Delaunay, Fernand Léger, Francis Picabia, Marcel Duchamp, Roger de La Fresnaye dan Juan Gris. Setalah kita mengetahui 5 contoh karya seni rupa modern kita bisa lebih memahami lagi tentang seni rupa modern.
AESB. Klik tombol Play untuk mendengarkan artikel - Mari kita simak bersama informasi tentang seni rupa kontemporer, mulai dari pengertian, sejarah, ciri hingga contohnya. Seni rupa kontemporer merupakan karya seni rupa yang proses penciptaannya mempunyai keterikatan dengan berbagai konteks, seperti seniman yang membuat, ruang dan waktu, sasaran karya dan medan pembuatannya. 1. Pengertian Seni Rupa Kontemporer Kontemporer berasal dari Bahasa Inggris yaitu 'contemporary' yang artinya apa-apa atau mereka yang hidup di masa yang bersamaan menurut D. Maryanto, 2000. Dengan demikian, seni rupa kontemporer memiliki sifat kekinian atau modern, karena karya yang dibuat diciptakan di masa yang lebih baru. Seni kontemporer mulai berkembang di Barat sejak Perang Dunia II, berkembang di Tanah Air dan memiliki beragam teknik dalam pembuatannya. Baca Juga Jenis-Jenis Pameran Lengkap dengan Fungsi dan Tujuannya 2. Sejarah Seni Kontemporer Seni kontemporer mulai diproduksi pada paruh kedua abad 20 atau pada abad ke-21. Seni kontemporer mencerminkan adanya sebuah kebebasan atau tak terikat dengan turan dalam menentukan sebuah tema, media atau teknik produksi.
ArticlePDF Available AbstractDemikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 9 Nomor 1 Oktober 2020 181 Kembalinya Realisme Seni Kontemporer sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Indonesian Institute of The Arts of Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Disetujui 30 Agustus 2020 ABSTRAK. Demikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Kata Kunci Hyperrealism; Photography; Pop Art; Photo realism; Superrealism Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 182 PENDAHULUAN Realisme didefinisikan sebagai suatu cara penggambaran manusia atau benda-benda dengan cara akurat yang sesuai dengan kehidupan nyata. Realisme juga merupakan suatu sikap praktis yang menerima situasi apa adanya. Di dalam seni rupa sering kali realisme disamakan dengan naturalisme, yang memberikan perhatian dengan penggambaran alam secara akurat dan objektif. Dan menolak suatu subjek atau benda-benda yang secara sengaja pelukisannya dibuat atraktif. Penolakan itu dilakukan demi untuk mendapatkan kejujuran dan hanya menginginkan perlakuan yang tidak diidealisasikan atas kehidupan. Pengertian realisme seperti ini berlaku pada gerakan seni di Perancis abad 19, yang direpresentasikan oleh lukisan-lukisan Jean Desire Gustave Courbet 1819-1877. Courbet memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Perancis abad 19. Ia berkomitmen hanya melukis apa yang dapat ia lihat. Courbet menggambar lanskap, perburuan, ketelanjangan, dan alam benda, namun sedikit sekali menggambar karakter politik. Ia memenangkan medali emas untuk ekshibisi lukisan tahunan Paris Salon, pada tahun 1848. Realisme seharusnya sudah berakhir ketika masa Seni Rupa Modern dimulai, yang dipelopori oleh Paul Cezanne Read, 1991 . Sejak Cezanne, realisme digantikan dengan Kubisme dan kemudian Abstrak Ekspresionisme. Namun kita mengetahui bahwa realisme muncul kembali. Pada tahun 1960-an, melalui gerakan Pop Art, Andy Warhol memindahkan kaleng-kaleng sup Campbell ke dalam kanvas. Dan selanjutnya, pada akhir 1960-an muncul gerakan Realisme Foto Photorealism, di mana seniman berusaha menghasilkan salinan gambar yang dipotret dengan tepat. Beberapa seniman menggunakan proyektor untuk memproyeksikan hasil foto itu ke kanvas, dan menggunakan teknik air brush untuk mendapatkan kedetailan dalam lukisan. Berbeda dengan Andy Warhol yang masih terasa lukisannya dua dimensi, maka Realisme Foto dapat membuat pemirsa terkecoh bahwa apa yang dilihatnya itu sebenarnya adalah sebuah lukisan. Chuck Close 1940 - adalah salah satu pelopor yang menggunakan teknik fotografi sebagai acuan dalam berkarya. Chuck Close banyak melukis wajah dengan kanvas besar yang didasarkan pada hasil fotografi yang dibuat di studionya. Lukisan Chuck Close, “Self Portrait” 1969 menjadi ikon dalam pencapaian pelukisan wajah secara detail dalam kanvas besar. Alasan di balik karya-karya Chuck Close sangat jelas ia membuat lukisannya sebagai pembesaran luar biasa atas hasil tembakan snapshot dari foto wajah manusia, dalam hal ini Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 183 adalah foto teman-teman dan dirinya sendiri. Dan foto tersebut hanya terfokus pada bagian muka atau kepalanya saja yang diambil dari depan. Dalam menghasilkan karyanya, Chuck Close melakukan pengambilan foto yang tidak biasa, seperti menggunakan lensa yang lebar untuk memfokuskan pengambilan gambar pada daerah wajah yang spesifik demi membuat efek. Pada bagian ujung hidung, ia membuat hasil gambar yang blur tetapi pada tulang pipi ia buat gambar yang tajam. Close melakukan sistematisasi dan kodifikasi informasi pada gambar yang sebenarnya. Chuck Close melakukan intervensi atas gambar dan memberikan pengaruh dalam cara melihat, membuat interpretasi, dan juga memberikan arti atas gambar tersebut. Maksudnya agar ia dapat mengoyak pandangan orang yang tipikal atas wajah manusia yang biasa. Dengan itu Close menantang visi pemirsa atas realitas Smith, 2003. Namun di situlah daya tarik karya-karya Close, semakin pandai ia menjual sulapan’ artistik dengan permainan catnya, sehingga dapat mereplika realitas, semakin banyak orang tersihir dan ingin tahu teknik rahasia apa yang ada dibalik cara ia melukis Grenspun, 1998. Gerakan realisme ala Chuck Close itu sebenarnya sempat surut pada tahun 1980-an namun kemudian muncul kembali. Sebuah buku yang editorialnya disusun oleh Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider berjudul “Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium” yang diterbitkan tahun 2005, memperlihatkan gejala itu. Kita melihat ada Merlin Carpenter 1967-, John Currin 1962-, Peter Doig 1959-, Elizabeth Peyton 1965-, dan Richard Phillips 1962-, yang membuat karya lukis bergaya realisme, terselip di antara 81 seniman kontemporer yang berperan dalam 10 tahun terakhir. Dalam pengantarnya, Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider mengatakan bahwa para seniman itu dipilih dalam bukunya karena mereka sudah berpameran secara tunggal solo exhibition di institusi seni yang besar dan museum-museum seni rupa dunia. Mereka juga berperan dalam pameran-pameran kelompok yang penting dan karya mereka kerap ditampilkan pada galeri-galeri komersial Grosenick dan Riemschneider, 2005. Hal itu menunjukkan bahwa lukisan realis’ tetap saja eksis dalam percaturan seni rupa kontemporer. PEMBAHASAN 1. Bangkrutnya Seni Rupa Realisme Selama tahun 1940-an, pergeseran yang luar biasa terjadi dalam seni Amerika. Seni representasi dan realisme sosial, yang dominan selama zaman depresi, dikalahkan oleh aliran lukisan baru yang non-objektif. Jackson Pollock kemudian meninggalkan gaya naratif demi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 184 seni abstrak ekspresionisme non-objektif. Pollock dan gerakan avant-garde sesudah Perang, menolak minat generasi seniman sebelumnya terhadap 'seni untuk rakyat' dan reformasi sosial, sebagai gantinya ia berkonsentrasi pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial Doss, 2002. Robert M. Coates, seorang kritikus seni, menuliskan di The New Yorker, bahwa saat itu ada gaya melukis yang berkembang di Amerika, di antara gaya abstrak dan surealis, di mana cara mereka menorehkan catnya dilakukan dengan gaya yang bebas - mengayunkan kuas dengan percikan spattery, di mana gaya itu hanya bermodalkan sedikit gambaran tentang subjek - yang manifestasinya lebih sugestif ketimbang konkret - itulah metode ekspresionisme, yang sedang dikembangkan oleh Jackson Pollock, Lee Hersch, dan William Baziotes dan beberapa seniman lain dari kelompok ini Coates, 1944. Abstrak ekspresionisme kemudian merupakan gaya lukis yang sukses secara kultural karena adanya sentimen yang meluas terhadap seni representasional dari generasi sebelumnya yang sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang. Di tahun 1944, Pollock mengatakan bahwa karya seninya adalah suatu hal yang penting dalam melawan sistem reaksioner yang sudah terlalu kuat. Adolph Gotlieb 1903-1974, seorang pelukis abstrak ekspresionisme Amerika, juga mengamininya. Ia mengatakan, bahwa sangat perlu untuk mendobrak konsep yang mengesahkan 'lukisan baik' ketika itu. 'Lukisan baik' yang dimaksud adalah lukisan bergaya realisme. Ad Reinhardt 1913-1967 pada tahun 1946 membuat sebuah karikatur yang diberi judul "How to Look Art at Modern America" di mana digambarkan seni Modern secara detail. Dalam karikatur tersebut, dinyatakan bahwa hanya seni rupa Modern yang akan maju dan mendobrak, sementara seni rupa yang berasal dari generasi sebelumnya akan dikubur, dalam masa Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia ketika itu Doss, 2002. Perkembangan aliran abstrak ekspresionisme banyak didorong oleh Clement Greenberg 1909-1994, seorang kritikus seni rupa yang ingin mengembangkan suatu bentuk seni baru yang khas Amerika. Ketika itu, di tahun 1950-an, perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari konteks Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia. Rusia saat itu terkenal dengan seni lukis dan patung realisme yang oleh penguasa kemudian dijadikan alat propaganda ideologi Komunisme. Sehingga abstrak ekspresionisme yang disokong Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 185 Realisme Sosial berakar dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engel tentang seni. Melacak pada tulisan-tulisan Marx awal, pada dasarnya tidak ada ide tentang seni dari mereka yang sampai ke tingkat detail operasional. Kadang-kadang mereka berpendapat seni itu benar-benar otonom, kadang pula mereka berpendapat lain, bahwa seni itu merupakan instrumen tindakan politik. Orang pertama yang serius menerjemahkan Marxisme dalam bidang seni dan budaya adalah Plekhanov 1856-1918. Menurutnya, menerjemahkan karya-karya seni ke bahasa sosiologi adalah mungkin. Isi dan bentuk karya seni ditentukan oleh berbagai cita rasa, kebiasaan dan kecenderungan massa. Namun pendapat yang lebih tegas justru datang dari Lenin 1870-1924, ia mengatakan estetika Marxist menjadi semacam teknologi indoktrinasi dan propaganda. Tujuannya adalah mengungkapkan bagaimana seni dan kesusastraan dapat digunakan untuk mengendalikan dan membentuk sikap-sikap politik Arvon, 1970. Setelah Perang Dunia II, ideologi kebudayaan Soviet yang menonjol adalah Andrei Zhdanov 1896-1948. Zhdanov pada tahun 1934 mengusulkan sebuah proposal ke Komite Pusat Partai Komunis, mengenai tuntutan agar seniman meninggalkan formalitasi dalam bentuk apa pun dan berhenti membuat karya yang membingungkan masyarakat. Sebaliknya, karya seni harus menyesuaikan diri dengan konsep Marxist sebagai bentuk kesetiaan kepada Partai. Adapun mengenai lukisan Soviet, tekanan ganda diberikan kepadanya, baik pilihan kepada tema dan judul lukisan-lukisan harus realistis’ Ikramulloh, 2010. Jadi jelaslah bahwa salah satu penyebab bangkrutnya seni rupa realisme tidak terlepas dari persaingan ideologi antara Amerika dan Rusia setelah Perang Dunia II usai. 2. Serangan Teknik Fotografi Terhadap Seni Rupa Realisme Perang Dunia II memang membawa kekecewaan bagi para filsuf, intelektual dan seniman. Kekecewaan pada Rasionalitas dan Sistematika ala renaisans yang ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari penghancuran dan kebinasaan, membuat banyak dari mereka menolak Adorno adalah seorang filsuf yang termasuk tidak menyukai Realisme. Ketidaksukaan Adorno itu ternyata berakar pada masa lalunya. Dengan itu, kita dapat menelusurinya ke belakang, yaitu peristiwa Auschwitz. Bagi Adorno, setelah genosida Auschwitz, manusia tidak pantas lagi bersenang-senang. Seni yang indah-indah dan menyenangkan harus ditolak. Hal itu tercermin dalam suratnya kepada Max Horkheimer, Adorno pernah menulis, “to write poetry after Auschwitz is barbaric” Claussen, 2008. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 186 Sehingga dalam bukunya, Aesthetic Theory, Adorno menegaskan bahwa seni bukanlah alat untuk menghibur masyarakat, justru sebaliknya – seni merupakan antitesis dari masyarakat Adorno, 1997. Artinya, apa yang ingin digambarkan oleh Rusia bahwa seni harus mencerminkan masyarakat proletar ketika itu, dengan melukiskan para pekerja yang sedang giat membangun negara, justru ditolak sama sekali oleh Adorno. Sehingga lukisan abstrak ekspresionisme yang merupakan antitesis atas lukisan figuratif representasional menjadi jawaban atas teori estetika Adorno. Serangan lain terhadap Lukisan Realis datang dari dunia fotografi. Andre Bazin 1918-1958, seorang kritikus dari Perancis, menulis dalam esainya yang terkenal, “The Ontology of the Photographic Image”, bahwa sejak munculnya fotografi seharusnya seni lukis realis tidak perlu berhutang banyak pada kemiripan. Dalam mencapai tujuan seni zaman Barok, fotografi telah membebaskan seni rupa dari obsesi mereka akan kemiripan. Ternyata lukisan terpaksa menawarkan kepada kita ilusi akan kemiripan pada kenyataan dan ilusi ini sudah dianggap cukup bagi seni. Fotografi dan bioskop adalah penemuan yang memuaskan obsesi kita terhadap realisme. Betapa pun mahirnya sang pelukis, pekerjaannya selalu menghasilkan subjektivitas yang tak terhindarkan. Fakta bahwa adanya campur tangan manusia telah menimbulkan bayangan keraguan atas hasil suatu lukisan. Sekali lagi, faktor penting dalam transisi dari seni Barok ke fotografi bukanlah penyempurnaan dari proses fisik, melainkan terletak pada fakta psikologis. Yakni, fotografi telah memuaskan sepenuhnya selera kita akan ilusi pembuatan reproduksi yang dilakukan secara mekanis, bukan dikerjakan oleh manusia. Solusi itu tidak ditemukan dalam hasil yang dicapai tetapi dalam cara mencapainya. Jadi, alih-alih menggantikan seni lukis dengan melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif, fotografi telah mengambil aspek-aspek di mana seni rupa menjadi terlihat kurang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa lukisan itu tidak lengkap, di mana konvensi seni rupa itu sendiri merupakan senyawa cacat dari sesuatu yang seharusnya membutuhkan teknologi yang lebih maju untuk realisasinya. Dengan itu Bazin, telah menempatkan fotografi dan film sebagai media rekaman yang objektif, yang klaim kebenarannya mempunyai hubungan istimewa dengan kenyataan. Hal ini membuat fotografi membentuk tautan langsung antara gambar dan referensi. Dengan kata lain, karena kamera film beroperasi sebagai proses fotokimia yang terlepas dari intervensi manusia kecuali intervensi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 187 yang diperlukan untuk mempersiapkan dan memulai pengoperasian peralatan, maka dapat dilihat sebagai kurang subjektif, kurang rentan terhadap manipulasi tangan manusia yang selalu mengalihkan. Bahkan fotografi dengan cermat melampaui citra suatu objek yang dahulu direpresentasikan dengan lukisan. Ketika lensa pada kamera terbuka untuk membiarkan cahaya masuk, cahaya yang dipantulkan dari objek di depan lensa menyebabkan perubahan kimiawi pada bahan peka cahaya dari film itu sendiri. Walau Bazin bukanlah seorang ilmuwan teknik fotografi atau film, bahwa hal yang dimaksud Bazin adalah fotografi dan film merupakan bentuk seni yang berbeda karena mereka didasari pada proses mekanis yang menghilangkan unsur aktivitas manusia. Gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang memberikan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi Bazin, 1967. Penyebab realisme surut pada tahun 1980-an adalah penolakan Realisme dari Filsafat yang dikembangkan Richard Rorty. Pada tahun 1979, Rorty menulis buku yang berjudul Philosophy and the Mirror of Nature. Dalam bukunya, Rorty mengkritisi Teori Kebenaran Korespondensi, yang menyatakan bahwa penentu kebenaran adalah korespondensinya dengan realitas atau fakta dunia. Sebuah pernyataan dikatakan benar apabila isi pernyataan itu berkorespondensi sesuai dengan fakta yang dirujuk oleh pernyataan tersebut. Kebenaran seperti itu merupakan representasi akurat atas realitas. Pengetahuan berfungsi untuk merepresentasikan realitas. Menurut Rorty, teori ini tidak memadai di tengah dunia yang semakin dinamis, karena suatu kebenaran mengandalkan sesuatu objek atau fakta yang sebenarnya tidak berperan dalam mendukung atau menjustifikasi klaim pengetahuan Rorty, 1979. Menurut Rorty, yang terpenting dalam pengetahuan adalah menyusun pernyataan yang dapat disetujui oleh orang lain, bukan melaporkan objek-objek. Karena kesan-kesan indrawi tidak memiliki daya untuk menjustifikasi. Pengetahuan pertama kali dibentuk melalui hubungan antar subjek, yaitu dengan cara bergabung dengan Komunitas Bahasa. Karena itu Filsafat Bahasa menjadi penting dalam menjustifikasi kebenaran. Pengetahuan sebagai hal yang berhubungan dengan pernyataan, merupakan praksis sosial, pengetahuan itu diuji melalui percakapan sesama manusia. Rorty menyimpulkan bahwa pengetahuan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 188 merupakan praktik sosial, transaksi antar manusia, bukan manusia dengan objek. Pengetahuan menurut Rorty adalah soal kesepakatan. Justifikasi atas kebenaran adalah soal percakapan, soal praktik sosial. Kita tidak memerlukan lagi konsep kebenaran, sebab apa yang kita anggap benar pada akhirnya ditentukan oleh standar-standar yang disepakati secara sosial Rorty, 1979. Dalam bukunya yang lain, Rorty menolak segala bentuk dahaga akan kebenaran yang semata-mata bersesuaian secara akurat dengan realitas. Kebenaran yang dihasilkan dari pengetahuan yang mampu merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat. Hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu Rorty, 1980. Kiranya jelas bahwa Realisme dalam seni rupa sudah tidak punya pendasaran lagi dalam wacana filsafat. 3. Penolakan Atas Realisme Foto Sebagaimana diuraikan di atas bahwa realisme muncul kembali pada akhir 1960-an melalui gerakan Realisme Foto dan kemudian kembali surut pada tahun 1980-an, karena beberapa alasan. Bersamaan dengan kritik Rorty di atas, dalam dunia seni rupa muncul penolakan atas wacana realisme foto mengingat gaya melukis seperti itu sebenarnya bukanlah melukis realitas, tetapi pelukis sedang melukis foto, artinya memindahkan foto ke dalam kanvas. Christine Lindsay menulis bahwa realisme foto tidak menampilkan representasi, tidak menampilkan ilusi, tidak mengandung subjektivitas, bahkan lukisan-lukisan seperti itu tidak menampilkan realitas fotografi Lindsay, 1980. Karenanya, Christopher Stokes menolak dirinya disebut sebagai pelukis realisme foto. Dalam tesisnya ia menyatakan bahwa ia menggunakan fotografi hanyalah sebagai alat untuk mentransfer memori visual ke dalam kanvas. Ide untuk melukis didapatkan sebelum peralatan fotografi bekerja. Ketika di depan objek, Stokes mengambil banyak foto untuk merekam objek tersebut dari semua sudut. Fotografi dijadikan sebagai catatan yang akan membantunya dalam memahami apa yang ia lihat dan ia dapat melihat kembali hal-hal yang terlewat ketika di lokasi. Stokes akan mulai mengambil foto ketika ia telah selesai membuat sekumpulan sketsa mengenai still lifes, dan hal-hal yang diambil dari kehidupan yang ia ingin lukiskan. Dengan itu melukis adalah suatu usaha subjektif. Lukisan yang berasal dari foto, harus menggunakan mata sendiri dalam merekam pandangan personalnya atas suatu objek. Ia akan mengerti objek yang akan dilukis apabila ia terlibat langsung, karena lukisan adalah catatan personal atas dunia yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 189 dilihatnya. Dengan itu ia menamakan gaya melukisnya sebagai Super realisme Stokes, 1982. 4. Hiperrealisme Menjadi Jawaban Atas Penolakan Terhadap Realisme Foto Dengan begitu banyaknya penolakan terhadap Life realisme, namun selalu gaya ini muncul kembali, apa sebabnya? Kiranya melukiskan kembali alam dan manusia dengan bentuk-bentuknya yang proporsional sudah menjadi insting dari kemajuan umat manusia. Terbukti dengan adanya lukisan bison di gua Altamira atau Lascaux puluhan ribu tahun yang lalu, menunjukkan hasrat manusia untuk melakukan mimesis atas alam yang terhampar di sekelilingnya, sudah ada sejak dulu dan bertahan sampai sekarang. Alasan lain mengapa realisme bertahan, adalah kemampuan genre itu menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan mencari jawaban atas tantangan yang disodorkan kepadanya. Dengan itu pembahasan kita kemudian berlanjut dengan kemunculan Hiperrealisme. Berbeda dengan Realisme Foto yang menyalin foto ke dalam kanvas, Hiperrealisme muncul dengan maraknya media sosial dan teknik fotografi yang semakin canggih, dengan gambar-gambar yang semakin detail dan tinggi resolusinya, disertai dengan berkembangnya teknik photoshop yang semakin banyak kemampuan dan fitur-fiturnya. Tidak seperti Realisme Foto, Hiperrealisme tidak berusaha secara harfiah menyalin realitas sehari-hari, namun menciptakan kenyataan baru yang hampir mustahil. Di mana lukisan yang diciptakan dengan genre ini bukan lagi realitas tetapi fiksi. Yaitu dengan mengubah skala dan menempatkan objek dengan pengaturan yang tidak alami. Ciri yang lain dari lukisan hipperrealis adalah bahwa ia lebih detail dari Realisme Foto, ia tidak lagi bertujuan untuk menipu mata, namun untuk memperlihatkan kecerdasannya sendiri. Misalnya, melalui penggambaran detail atas keriput atau pori-pori kulit, hipperrealisme menciptakan itu untuk menarik perhatian pemirsa. Dengan itu ukuran dan skala tidak lagi realistis, tetapi ia mendistorsi skala dan menjadikannya narasi baru yang tidak harus sesuai ukurannya dengan kenyataan. Kita dapat melihat gejala tersebut sejak adanya karya “Marilyn” 1977 yang dibuat Audrey Flack. Dalam “Marilyn” terjadi penjajaran dari benda-benda yang tak berhubungan, seperti lipstik dan buah pir dengan ukuran raksasa. Karya “Acedia” 2012 dari Jeremy Geddes, memperlihatkan tubuh dan benda-benda melayang-layang dalam sebuah rumah yang tampaknya tanpa gravitasi. Kita akan membayangkan lukisan seperti itu mirip dalam adegan film ruang angkasa. Berbeda dengan Realisme Foto, karya-karya Jeremy Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 190 memperlihatkan bahwa Hiperrealisme menggambarkan adegan di mana elemen naratif dan emosi seniman ikut bermain. Lanskap yang permai tidak diperlihatkan lagi, sebagai gantinya adalah pemandangan dari balik kaca mobil ketika hujan, seperti dalam karya-karya Gregory Thielker. Atau karya “The Brooklyn Rail” dari Rackstraw Downes yang memperlihatkan alam yang rusak dan gersang karena eksploitasi manusia. Demikian pula kita melihat wajah-wajah dan tubuh yang rusak pada karya-karya Jenny Saville. Dan tidak ketinggalan karya-karya still life yang menakjubkan dari Jason de Graaf. Melalui karya Jason, istilah still’ dalam still life’ menjadi tidak tepat lagi, karena yang dilukiskan adalah air yang sedang membuncah dalam gelas “Ultra Marine”, atau irisan jeruk yang dicemplungkan dalam gelas “Evergreen” sehingga butiran-butiran dari cipratan air terasa dalam lukisan. Hal menarik dari hiperrealisme adalah ia dapat menjawab keberatan Rorty atas kebenaran yang merupakan salinan dari realitas. Karena hiperrealisme tidak terobsesi atas kebenaran’, genre ini sedang menciptakan kebenaran baru, suatu narasi yang didasarkan atas fiksi senimannya. Hiperrealisme mempunyai kecenderungan bermain-main atas narasi yang diciptakannya, ia ingin menarik perhatian. Ia sedang bermain-main dengan kebenaran’. Hal itu dapat terlihat dari karya-karya mereka yang lebih banyak muncul di Instagram ketimbang pada buku-buku teks. Ukuran kesuksesan’ karya-karya mereka bukan lagi didasarkan atas pujian atau pengesahan para kritikus seni, tetapi karena berapa banyak suka’ yang diberikan dari pengikut atas karya yang mereka unggah. Demikian pula apabila karya-karya mereka dipamerkan, maka yang menjadi perhatian adalah berapa banyak orang yang berswafoto di depan karya mereka. 5. Perkembangan Hiperrealisme di Indonesia Tak terlepas dari perkembangan seni rupa global, Indonesia juga mempunyai beberapa seniman yang bergenre hiperrealis dengan mutu yang sama baiknya dengan pelukis-pelukis dunia, seperti Dede Eri Supria, Chusin Setiadikara, dan Budi Kustarto. Dede Eri Supria, dilahirkan di Jakarta, 29 Januari 1956. Ia melukiskan gelandangan dalam karyanya yang berjudul “Pasrah” Dermawan T, 1999. Dede melukis realitas kehidupan orang miskin, yaitu seorang perempuan kumuh sedang duduk termenung pasrah. Di punggungnya ada buntel yang berisi barang-barang perlengkapan hidup sehari-hari. Perempuan yang tidak beralas kaki itu mungkin tidak mempunyai rumah, sehingga buntelnya selalu dibawa ke mana-mana. Perempuan itu duduk dengan telapak tangan di bawah dagu, pandangan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 191 matanya kosong dengan raut wajah yang sedih. Lukisan ini disertai superimpose kemewahan gedung-gedung tinggi pada latar belakang agar tercipta kontras yang ia inginkan. Di belakang subjek perempuan yang sedang termenung itu, diletakkan kardus bekas sebagai pagar pembatas’ dengan gedung-gedung tinggi itu. Cara seperti ini membantu Dede dalam mengekspos narasi penderitaan yang dialami orang-orang miskin Lihat Gambar pada halaman 181 sumber Agus Dermawan T., 1999-61. Pelukis lain adalah Chusin Setiadikara. Chusin dilahirkan di Bandung, 4 Maret 1949. Lukisannya yang berjudul “Reconstruction” menghadirkan kembali pelukis Maestro Affandi yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu. Ia menggambarkan Affandi yang sedang melukis dirinya sendiri sambil memegang cangklong. Chusin menggunakan teknik plototan, yaitu menggoreskan cat langsung dari tube, yang merupakan teknik melukis khas Affandi. Dan dalam karya itu digabungkan dengan teknik melukis Chusin sendiri yang merupakan kombinasi cat minyak, arang dan pastel Gambar 1. Hal itu dilakukan sebagai upayanya bermain-main dengan realitas, sehingga karya Affandi terlihat hadir kembali dalam kanvas Chusin. Gambar 1 – Chusin Setiadikara, “Reconstruction”, 2007 Sumber Budi Kustarto, lahir di Ajibarang, Jawa Tengah, tahun 1972. Dalam karyanya, “Blue Jeans”, Budi melukiskan dirinya sendiri yang tersangkut dalam celana hotpants blue jeans. Celana itu dibuat robek-robek sesuai dengan model yang sedang tren pada saat itu. Di mana Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 192 benang-benang dari bekas robekan celana terlihat satu persatu dengan realistis. Ukuran dari blue jeans itu dibuat sebesar dirinya, sehingga lukisan itu terlihat lucu dan menarik perhatian Gambar 2. Gambar 2 – Budi Kustarto, “Pain on Bananas Garden”, 2011 Sumber 6. Genre Realisme Dapat Berubah-ubah Bentuk Tetapi Tetap Bertahan Dari pembahasan di atas terlihat bahwa 'realisme' memiliki makna yang koheren, mengingat beragam penggunaan yang telah ditemukan untuk itu, dalam konteks yang berubah dan dengan referensi untuk karya seni yang berbeda. Kata realisme yang memiliki sejarah panjang dengan penggunaan yang beragam, maka maknanya sama kompleksnya dengan sejarah itu sendiri. Jadi, meminjam pernyataan Brendan Prendeville dalam bukunya Realism in 20th Century Painting, bahwa daripada kita memulai - atau bahkan mengakhiri - dengan definisi yang tegas, kita sebaiknya menerima saja pergeseran yang diberikan oleh sejarah dan penggunaannya Prendeville, 2000. Pada tingkat tertentu, realisme akan mencakup dan mempertimbangkan kategori-kategori utama seni lukis yang menggunakan istilah itu selama abad ke-20, seperti Realisme Sosial, Realisme Foto, dan sebagainya. Sering kali, ketika pelukis dan kritikus menggunakan kata itu, mereka memodifikasinya, seperti dalam Super realisme’ dan 'Hiperrealisme', untuk mencapai tujuan tertentu. Kita menyadari, semua realisme abad kedua puluh sebagian merupakan hibrida atas jenis-jenis gaya realisme yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 193 berbeda. Sejarah adalah kontinuitas, bukan diskontinu yang ketat. Dalam satu periode pengamatan, ada persambungan dan persilangan antara suatu gaya dengan gaya yang lain. Kontinuitas Realisme sudah terjadi sejak generasi Vermeer. Pada saat melukis, Vermeer kemungkinan menggunakan Camera Obscura, sebuah peralatan yang menjadi cikal-bakal kamera modern. Pada zaman modern, realisme sangat dipengaruhi oleh pengalaman peralatan fotografi, perangkat yang sudah menjadi bagian dari budaya manusia. Namun demikian, seperti yang semakin disadari, kamera merupakan panduan efektif untuk merekam karakter dari realitas visual. Walau nantinya hasil dari perekaman kamera akan dapat dimanipulasi sesudahnya post-hoc. Lensa mempunyai cara sendiri dalam melihat, yang tidak harus sama dengan cara mata manusia melihat. Fotografer akan tahu bahwa kamera itu monocular dan melihat objek secara terkunci fixed, bukan melakukan scanning seperti yang dilakukan sepasang mata manusia Smith, 2003. Karena itu yang terpenting dalam penggunaan fotografi adalah niat dibalik senimannya dalam berkarya. Seniman dapat saja membuat narasi baru yang melampaui hasil fotografi itu sendiri. Dengan itu realisme dapat bertahan karena ia dibawa maju oleh visi senimannya yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. SIMPULAN Realisme mendapat gempuran dari masa ke masa, sejak kemunculan Abstrak Ekspresionisme, karena seni representasional sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang Dunia II. Dalam konteks Perang Dingin, abstrak ekspresionisme yang disokong Clement Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Dari dunia fotografi, serangan terhadap realisme datang dari Andre Bazin, menurutnya gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang menampilkan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi. Dari dunia filsafat, realisme mendapat serangan dua kali, pertama pada tahun 1940-an melalui teori estetika Adorno, di mana ia menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan, seperti lukisan bergaya Realisme. Karena setelah peristiwa Auschwitz, manusia seharusnya hidup prihatin. Bagi Adorno, abstrak ekspresionisme merupakan bentuk seni yang lebih tepat karena seni seperti itu merupakan antitesis dari masyarakat, bukannya menghibur masyarakat. Serangan kedua dari dunia filsafat datang dari Richard Rorty pada Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 194 tahun 1980-an. Di mana Rorty menolak kebenaran korespondensi yang dihasilkan dari pengetahuan yang merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat, karena hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu. Namun Realisme tetap bertahan dari segala gempuran tersebut, karena sifatnya yang luwes dan fleksibel, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Dalam periode sejarah realisme mengubah bentuknya menjadi Realisme Sosial, Realisme Foto, Super realisme dan terakhir Hiperrealisme. Perubahan dan adaptasi terhadap tantangan dan kemajuan zaman membuat seni realisme terus hadir sampai sekarang, termasuk di Indonesia. Karena realisme sudah tertanam, menjadi insting dari kemajuan peradaban umat manusia. REFERENSI Adorno. Theodor. 1997. Aesthetic Theory. terj. Robert Hullot-Kentor. USA Continuum, University of Minnesota. Arvon. Henri. 1970. Marxist Esthetics. Terj. Ikramullah. Yogyakarta Resist Book. 2010. Bazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press Ltd. Brendan Prendeville. Realism in 20th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Press. Coates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember 1944. Dermawan T. Agus. 1999. Dede Eri Supria, Elegi Kota Besar. Jakarta Yayasan Seni Rupa AiA. Doss. Erika. 2002. Twentieth-Century American Art. New York Oxford University Press. Grenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Art. Grosenick. Uta., Burkhard Riemschneider. 2005. Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium. Koln Taschen Gmbh. Lindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson. Rorty. Richard. 1979. Philosophy and the Mirror of Nature. New Jersey Princeton University Press. Rorty. Richard. 1980. Pragmatism, Relativism and Irrationalism, dalam Paul K. Moser & Arnold Vander Nat, ed. Human Knowledge Classical and Contemporary Approaches. Oxford Oxford University Press Smith. Edward Lucie. 2003 American Realism. New York Thames & Hudson Inc. Stokes. Christopher. 1982. The Photograph and Superrealism. Illinois Eastern Illionis University, 1982. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this StokesThesis Illinois University. Includes bibliographical references leaves 60-62.The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?BazinAndreBazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press in 20 th Century PaintingBrendan PrendevilleBrendan Prendeville. Realism in 20 th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Modern. The New Yorker, 23 DesemberRobert M CoatesCoates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember Close. New York The museum of Modern ArtGrenspunJoanneGrenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Concise History of Modern PaintingLindsayChristineLindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson.
5 Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Beserta Gambar, Fungsi, dan Ciri-cirinya — Apabila saat ini kamu sedang memerlukan ulasan terkini seputar contoh karya seni rupa kontemporer, mungkin apa yang akan Mamikos sampaikan di sini berguna untuk kamu. Sebab di kesempatan ini Mamikos sudah merangkum beberapa hal terkait contoh karya seni rupa kontemporer berikut gambar, fungsi serta apa saja ciri-cirinya. Jadi biar tidak penasaran lagi dengan bahasannya, mari simak selengkapnya mengenai contoh karya seni kontemporer tersebut di artikel ini sampai akhir. Daftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, CiriDaftar IsiDaftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, CiriApa Itu Seni Rupa Kontemporer?Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa KontemporerBerbagai ciri Karya Seni KontemporerContoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Daftar Isi Daftar Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Gambar, Fungsi, Ciri Apa Itu Seni Rupa Kontemporer? Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa Kontemporer Berbagai ciri Karya Seni Kontemporer Contoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Pada pembuka artikel, Mamikos sudah menyebutkan bahwa ulasan dalam artikel ini sangat cocok bagi kamu yang memang tengah menelusuri info mengenai contoh karya seni rupa kontemporer. Jadi, jika kamu sudah tak sabar dengan seperti apa bentuk dan contoh karya seni rupa kontemporer tersebut, mari simak bahasan selengkapnya di bawah ini. Apa Itu Seni Rupa Kontemporer? Sebelum melihat contoh karya seni rupa kontemporer melalui gambarnya, ada baiknya jika kamu mengetahui dulu penjelasan apa itu seni rupa kontemporer itu sendiri. Seni rupa kontemporer merupakan sebuah karya seni rupa yang proses penciptaannya memiliki keterikatan dengan berbagai konteks, antara lain seniman yang membuatnya, ruang dan waktu, audiens sasaran karya dan medan pembuatannya. Kontemporer sendiri merupakan asal kata dari Bahasa Inggris yakni “contemporary” yang artinya apa-apa atau mereka yang hidup di masa yang bersamaan menurut D. Maryanto, 2000. Hal itu berarti seni rupa kontemporer bersifat modern/kekinian sebab karyanya tercipta di masa yang lebih baru. Sederhananya, kontemporer bermakna modern atau masa kini. Dalam sejarahnya, karya seni kontemporer ini mulai diproduksi pada paruh kedua abad ke-20 atau pada abad ke-21. Dalam seni kontemporer tercermin suatu kebebasan atau ketidakterikatan akan aturan, khususnya dalam menentukan tema, media, atau teknik produksi karya. Makanya, karya-karya dari seniman kontemporer di dunia juga turut dipengaruhi oleh beragam budaya dan teknologi yang berkembang saat ini. Seni rupa kontemporer juga tidak memiliki ciri khusus yang dominan dan dapat dirujuk untuk merunjuk pada suatu praktik seni yang baku. Berbagai Fungsi dari Karya Seni Rupa Kontemporer Sebelum melihat contoh karya seni rupa kontemporer berupa gambar, mari baca dulu penjelasan mengenai apa saja fungsi-fungsi dari karya seni rupa kontemporer tersebut. A. Fungsi Individu Bahasan fungsi yang pertama akan Mamikos ulas adalah dari fungsi individu. Perlu diingat bahwa manusia terdiri dari berbagai unsur fisik dan psikis. Unsur psikis juga dikenal sebagai emosi, yang kemudian fungsi individu dari segi ini adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan emosional dan fisik seni dari seseorang atau individu. Secara fisik, sebagian besar fungsi tersebut dapat terpenuhi melalui penggunaan seni yang berkaitan dengan fisik, misalnya saja rumah, perabot, baju, senam musik dan lain sebagainya. Lalu secara emosional, manusia memerlukan sebuah pemenuhan seni dalam dirinya. Beberapa contoh dari pemenuhan seni dalam segi emosional ini bisa diperoleh dari tari, musik, film, novel, lukisan, dan lain-lain. B. Fungsi Sosial Selanjutnya dari penjelasan apa saja fungsi karya seni rupa kontemporer yang akan Mamikos bahas adalah fungsi sosial. Pada fungsi sosial artinya siapapun dapat menikmati karya tersebut. Pada saat yang sama, karya tersebut juga dapat memberi keuntungan kepentingan banyak orang. Pada fungsi sosial, terbagi ke dalam beberapa kategori, antara lain Hiburan atau rekreasi Sebuah karya seni tentu saja dapat digunakan sebagai sarana menghibur dan mengurangi kesedihan, rasa sepi, dan gulana. Bahkan seni juga bisa mengusir rasa bosan. Hal tersebut dapat terjadi saat seseorang melihat atau menyaksikan sebuah film, teater, pementasan tari, pagelaran musik, atau adegan komedi. Komunikasi Seni juga dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai hal secara spesifik seperti nasihat, kritik, pesan, ide, produk hingga pedoman di hadapan khalayak luas. Contoh karya yang bisa jadi media komunikasi ialah lagu, balada, drama, reklame, komedi hingga poster. Topik umum yang dapat dibuat meliputi beberapa hal berikut Kedisiplin antara anggota masyarakat terhadap lingkungan tempatnya tinggal Panggilan pada program pemerintah untuk diimplementasikan bersama Rekomendasi layanan kesejahteraan atau kesehatan di masyarakat Ketidakadilan suatu kebijakan yang digagas di satu tempat Pendidikan Karya seni juga dapat memiliki fungsi sosial dari segi pendidikan. Pada pendidikan juga sudah mulai sering menggunakan seni sebagai sarana untuk mendukung keberhasilan dalam metode pengajaran atau kurikulumnya. Contoh seni yang digunakan pada pendidikan adalah film ilmiah atau dokumenter, gambar ilustrasi, ilustrasi dan gambar dalam buku pelajaran, dokumenter ilmiah, lagu anak-anak, poster ilmiah dan foto, dan lain-lain. Keagamaan atau religius Sebuah karya seni juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau ciri agama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya seni kaligrafi, pakaian muslimah atau muslim, dekorasi atau arsitektur tempat ibadah, lagu-lagu spiritual/religi, film bertema agama dan lain sebagainya. Berbagai ciri Karya Seni Kontemporer Ini adalah saatnya kamu mengenal berbagai ciri dari karya seni rupa kontemporer. Usai kamu memahami pengertian seni kontemporer serta membaca apa saja fungsi-fungsinya di atas, maka kamu bisa dengan mudah mengenali seni rupa kontemporer melalui beberapa cirinya. Untuk itu, bacalah beberapa penjelasan mengenai ciri-ciri dari karya seni rupa kontemporer tersebut sebagaimana yang telah Mamikos himpun di bawah ini. Karya seni tidak terikat aturan maupun pakem seni rupa zaman dulu Mengikuti perkembangan sesuai zaman Tak memiliki sekat/batasan antar berbagai disiplin seni Batas-batas antara seni lukis, seni grafis, seni patung, abstrak, anarki, hingga aksi politik pun melebur. Memiliki gairah dan hasrat “moralistik” mementingkan moral Cenderung diminati media massa Rutin untuk dijadikan komoditas pewacanaan Cenderung disukai/digemari media massa Bersifat universal atau bisa dinikmati oleh siapa saja tanpa terkecuali Contoh Gambar Karya Seni Rupa Kontemporer Akhirnya sampai juga kamu pada bahasan utama di artikel ini yakni contoh gambar karya seni rupa kontemporer. Mari simak seperti apa saja bentuk dan contoh gambar karya seni rupa kontemporer yang berhasil Mamikos himpun sebagai berikut. 1. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Pertama 2. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Kedua 3. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Ketiga 4. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Keempat 5. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer Kelima Demikian yang dapat Mamikos sampaikan di artikel ini mengenai contoh karya seni rupa kontemporer beserta gambar, fungsi, dan ciri-cirinya. Mudah-mudahan usai membaca ulasan di atas, pengetahuan kamu pun jadi semakin bertambah terutama tentang seperti apa bentuk contoh karya seni rupa kontemporer itu sendiri. Jangan ragu untuk membagikan ulang artikel ini pada teman, sahabat, atau mungkin temat satu kelompok agar dapat kamu diskusikan bersama-sama. Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu Kost Dekat UGM Jogja Kost Dekat UNPAD Jatinangor Kost Dekat UNDIP Semarang Kost Dekat UI Depok Kost Dekat UB Malang Kost Dekat Unnes Semarang Kost Dekat UMY Jogja Kost Dekat UNY Jogja Kost Dekat UNS Solo Kost Dekat ITB Bandung Kost Dekat UMS Solo Kost Dekat ITS Surabaya Kost Dekat Unesa Surabaya Kost Dekat UNAIR Surabaya Kost Dekat UIN Jakarta
El Seni kontemporer Ia merupakan manifestasi yang mencoba menangkap pemikiran masyarakat saat ini melalui apa yang dirasakan seniman dalam realitasnya dan mentransmisikannya dalam karya seni. Sehingga publik berhasil menangkap apa yang terjadi. Itulah sebabnya seni telah menjadi tindakan ekstraversi emosional yang selalu mencari rangsangan baru. Teruslah membaca dan cari tahu lebih banyak! Indeks1 seni kontemporer2 Kriteria Seni Kontemporer3 Latar belakang 4 Satu sebelum dan satu setelah 5 Seni Kontemporer di Abad XNUMX6 Gerakan Avant-garde dalam Seni Kontemporer7 Tahapan Seni Rupa Kontemporer. Seni Kontemporer adalah seni yang mulai memanifestasikan dirinya sejak awal abad ke-XNUMX, dan banyak hubungannya dengan masyarakat saat ini, meskipun banyak ahli mengatakan bahwa itu adalah cerminan pemikiran masyarakat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa seni rupa kontemporer lahir dari karya-karya yang dibuat pada awal abad ke-XNUMX. Namun konsep seni itu sangat relatif karena dibedakan menurut waktu dimana ia berada. Artinya seni rupa kontemporer dihasilkan oleh seniman-seniman masa yang sangat jelas adalah lukisan-lukisan yang dibuat oleh Leonardo Da Vinci pada abad ke-XNUMX untuk masyarakat saat itu, yang merupakan seni rupa kontemporernya. Kriteria Seni Kontemporer Untuk menentukan apakah suatu karya seni termasuk seni rupa kontemporer, digunakan beberapa kriteria untuk menentukan apakah karya tersebut sesuai dengan seni rupa kontemporer dan ekspresi artistik saat itu, yaitu sebagai berikut Seni kontemporer dan avant-garde Hal yang sangat menonjol untuk diketahui apakah karya tersebut menyangkut manifestasi seni rupa kontemporer adalah karya-karya yang lahir dari ledakan avant-garde yang terjadi pada awal abad ke-XNUMX. Karya-karya seni hasil ledakan avant-garde memiliki sederet ciri yang membedakan dengan karya-karya lain yang pernah dibuat sebelumnya, karena menghadirkan tataran yang lebih konseptual dan formal. Selain itu, para seniman memiliki gagasan yang lebih jelas yang membuat sebuah revolusi dalam seni karena mereka memecahkan cetakan tradisional lukisan yang telah dibuat di samping sifat eksperimental yang mereka miliki. Gerakan yang paling banyak terjadi pada masa itu dan tergolong dalam seni rupa kontemporer adalah aliran ekspresionisme, surealisme, fauvisme, Dadaisme, kubisme, futurisme, dan neoplastik. Seni dan zaman kontemporer Kriteria lain yang banyak digunakan untuk menentukan bahwa suatu karya seni termasuk seni adalah berkaitan dengan zaman kontemporer pada akhir abad ke-1789, dan dengan Revolusi Perancis yang berlangsung antara tahun 1799-XNUMX. Itulah sebabnya seni rupa kontemporer dikaitkan dengan gerakan romantisme karena gerakan ini bercirikan kebebasan, perasaan, subjektivitas, dan individualitas. Seni kontemporer dan postmodernitas Kriteria ketiga yang menonjol untuk mengetahui apakah sebuah karya seni terkait dengan seni adalah memperhitungkan titik awal postmodernisme, karena banyak pakar seni menempatkannya antara dekade 60-an dan 70-an abad ke-1945. Sementara yang lain mengatakan bahwa seni rupa kontemporer dimulai ketika Perang Dunia Kedua berakhir pada tahun XNUMX. Seni kontemporer juga tercermin dengan kembalinya gelombang avant-garde yang sejalan dengan gerakan yang dikenal sebagai seni pop dan realisme Prancis baru. Selain itu, muncul pula gerakan-gerakan artistik lainnya, seperti seni konseptual, minimalis dan ekspresionisme abstrak, serta hiperrealisme, neofigurasi, instalasi, dekonstruksi, dan seni urban. Latar belakang Seni rupa kontemporer memiliki banyak kesamaan dengan seni rupa modern atau yang disebut seni avant-garde, karena konvensionalisme dan tradisi yang terbingkai dalam pemikiran postmodern dipertanyakan. Dengan cara ini, ia berangkat dari teori poststrukturalis yang menekankan seni postmodern terhadap seni modern karena fakta sederhana tentang siapa yang membuat karya seni. Dengan cara ini, orisinalitas dan subjektivitas seniman dalam seni rupa kontemporer menjadi ujung tombak, karena dipupuk oleh bentuk-bentuk seni lain yang dibuat seniman di masa lain. Namun yang dilakukan seniman dalam seni rupa kontemporer adalah memaknainya kembali dan memberi makna lain pada karya tersebut. Dengan memberikan perspektif lain pada karya seni, seniman memanfaatkan kualitas lain dalam karya seperti karakteristik budaya, politik, sosial dan komunikatif masa kini. Ini dengan misi mampu mengatasi cita-cita romantis dan subjektif dari penciptaan seni. Sebuah fitur yang sangat menonjol dalam seni rupa kontemporer adalah hubungan yang sangat erat dengan institusi dan struktur yang mengesahkan karya seni, seperti galeri seni, museum dan apa yang disebut pameran seni atau dua tahunan seni. Lembaga-lembaga ini digunakan oleh seniman yang berbeda untuk melegitimasi pekerjaan yang dilakukan dan dengan demikian dapat menamakannya sebagai seni kontemporer. Salah satu pendahulu yang paling menonjol dalam seni rupa kontemporer adalah seniman asal Prancis yang dikenal sebagai Marcel Duchamp dan karyanya yang dikenal sebagai urinoir yang dipamerkan sebagai karya seni rupa kontemporer yang hebat pada tahun 1917. Karya ini kemudian dikenal sebagai found object yang dalam bahasa Inggris akan dikatakan sebagai readymade dan telah menjadi salah satu karya seni kontemporer terpenting abad ke-XNUMX. Cara membuat seni rupa kontemporer ini berawal dari gagasan bahwa benda apapun bisa menjadi seni. Dengan ungkapan ini ditegaskan bahwa karya seni sangat penting dilihat dari struktur artistiknya dalam proses yang harus dilalui sebuah karya seni agar dapat divalidasi. Selain itu, dengan mematahkan stereotip yang dimiliki karya seni rupa, ia menjadi model baru dan seniman menjauh dari craftmanship yang selama ini berlangsung dengan mendobrak skema karya. Dengan karya yang dihadirkan Marcel Duchamp, ia mendobrak seperangkat paradigma yang ada, karena yang pertama membuang semua aktivitas manual untuk menciptakan sebuah karya seni dan menampilkan dirinya sebagai administrator karyanya. Selain itu, mulai mereformasi ide-ide yang dimiliki untuk membuat seni rupa kontemporer, bahkan para seniman seni avant-garde menganggapnya sebagai ide yang sangat orisinal. Karena mereka lebih mementingkan pemikiran atau yang disebut karya intelektual daripada objek artistik itu sendiri. Salah satu syarat yang harus dipenuhi seorang seniman dari seni konseptual untuk membawa karyanya ke seni rupa kontemporer adalah pergeseran cara ini, dikatakan bahwa semua seniman kontemporer adalah seniman pasca-konseptual. Satu sebelum dan satu setelah Seni kontemporer dimulai pada akhir abad ke-XNUMX dan awal abad ke-XNUMX, dan lahir sebagai hasil dari serangkaian teknik yang digunakan pada abad ke-XNUMX. Meski banyak pakar seni rupa yang menegaskan bahwa seni rupa kontemporer lahir dari teknik impresionisme dan yang disebut dengan Post-Impresionisme. Para kritikus seni juga mengklaim bahwa gerakan-gerakan ini juga merupakan perkembangan seni avant-garde di abad ke-XNUMX. Di antaranya gerakan artistik berikut akan menonjol, seperti Fauvisme, Konstruktivisme, Neoplastisisme, Kubisme, Ekspresionisme, Surealisme, Futurisme, dan Dadaisme. Penting untuk dicatat bahwa semua gerakan artistik ini memiliki seperangkat elemen yang akan menjadi sangat umum, salah satu elemen yang paling banyak digunakan adalah ideologi. Namun secara stilistika mereka tidak saling melengkapi dan dalam hal berinovasi ada semangat seni kontemporer yang belum terwujud. Oleh karena itu harus ditegaskan bahwa seni rupa kontemporer bercirikan karena dalam setiap gerakan seni terdapat kesadaran terhadap seni rupa kontemporer dimana setiap aspek atau beberapa dari gerakan seni tersebut dapat direfleksikan. Karena dalam setiap gerakannya adalah tentang mencari konsep baru dalam seni rupa kontemporer agar mampu mengingkari masa lalu dan selalu mencari model artistik baru. Untuk itu banyak seniman seni rupa kontemporer mencoba mencari makna baru pada karya seni rupa melalui visi realitas yang berbeda karena mereka tidak ingin meniru seniman lain. Itulah sebabnya mereka selalu mencari hal baru di mana mereka bereksperimen dengan warna, komposisi, dan bentuk. Dengan cara ini seniman akan selalu mencari seni kontemporer baru yang membuat penonton karya seni antusias. Tetapi pada saat yang sama itu tidak cocok dengan serangkaian karya seni yang berulang. Selain mendedikasikan dirinya pada serangkaian bentuk baru, ia akan selalu memiliki kesempatan untuk memulai kembali seni kontemporer, memperoleh bentuk-bentuk baru dalam warna dan dalam representasi karya. Seni Kontemporer di Abad XNUMX Pada awal abad ke-XNUMX, seni rupa kontemporer akan mendobrak semua definisi yang telah dikenal dan akan ditandai dengan kenyataan bahwa seniman akan dapat menikmati kebebasan penuh dalam menciptakan karya seninya. Meskipun perlu dicatat bahwa seni kontemporer menambah penyair dan pemikir bebas sehingga orang-orang ini dapat memberikan perspektif realitas yang lebih jelas dan mengajarkan apa yang bisa terjadi di masa depan. Mengenai teknik yang digunakan seniman dalam seni rupa kontemporer, mereka akan memiliki kemampuan untuk menafsirkan apa yang terjadi dalam kenyataan, menyesuaikannya dengan karya seni mereka atau mengekspresikan pikiran mereka melalui kegelisahan dan ketidakpuasan. Meskipun seni rupa kontemporer berbasis agar seniman menangkap dalam karya seninya kebebasan yang ia rasakan. Namun tanpa berlebihan dan menempatkan sederet ekses dalam karya seni rupa mulai dari yang paling kreatif hingga yang paling sederhana. Namun, dengan mengisi karya seni dengan ekses, banyak pakar menyebutnya sebagai seni degenerasi. Banyak seniman yang membela gerakan seni yang berbeda datang untuk menegaskan bahwa ketika karya seni kontemporer ditagih tinggi, mereka dapat menyebabkan ketidaknyamanan di antara pemirsa yang datang untuk mengkualifikasikannya sebagai karya dengan selera yang sangat buruk. Gerakan Avant-garde dalam Seni Kontemporer Dalam seni rupa kontemporer, seniman selalu mencari teknik dan metode terbaik untuk menciptakan sebuah karya seni yang menarik perhatian pemirsa, menunjukkan realitas atau kreativitas seniman, itulah sebabnya seniman memadukan teknik berbagai gerakan. yang terbaik dan dengan demikian menyusun sebuah karya seni yang valid sebagai seni rupa kontemporer dengan cara ini kami akan menjelaskan konsep dari berbagai gerakan avant-garde yang ada di antaranya yang kami miliki adalah Impresionisme dalam gerakan ini kami ingin menghargai sikap emosional yang diekspresikan seniman melalui warna yang lebih kuat dan lebih keras tetapi dengan banyak makna simbolis untuk membangkitkan minat pemirsa. Fauvisme Diidentifikasi oleh fakta bahwa seniman mengganti nada alami dan menggunakan warna yang sangat kuat dan goresan dalam gambar sangat menonjol untuk menciptakan penekanan di bagian-bagian karya. Futurisme dalam futurisme seniman mencoba untuk menambahkan pada karya seni semacam gerakan atau kecepatan melalui garis dan gambar sehingga karya seni memiliki gerakan berirama jika dilihat oleh publik. kubisme Gerakan seni ini dicatat karena seniman telah memanfaatkan dua dimensi dalam karya seni dengan menambahkan permukaan datar. Dengan cara ini, ia mencari dekomposisi bentuk-bentuk geometris untuk memberikan kesan kedalaman dan gerakan pada karya tersebut. Dadaisme. Ini adalah gerakan yang lahir sebagai bentuk protes untuk menghadapi kanon yang telah dikenakan pada karya seni yang berbeda dalam estetika. Karena gerakan ini ingin merepresentasikan kebebasan dan kreativitas seniman. Salah satu maksimnya adalah menggulingkan logika dan menempatkan konsep-konsep abstrak dalam seni rupa kontemporer. Neoplastisisme Ini didasarkan pada penggunaan garis lurus untuk membatasi figur geometris, menggunakan warna primer dan dua dimensi untuk mengekspresikan kemurnian dan kekuatan seni kontemporer. surealisme Gerakan artistik ini berfokus pada melampaui kenyataan dengan memanfaatkan alam bawah sadar seniman untuk menciptakan sebuah karya seni yang menarik perhatian publik yang melihatnya. Konstruktivisme Gerakan ini lahir di Rusia, dan kemudian mulai menyebar ke seluruh benua Eropa dan dicirikan oleh penggunaan figur geometris yang terdefinisi dengan sangat baik dan digariskan dalam karya seni dengan penggunaan banyak warna. Tahapan Seni Rupa Kontemporer. Seni berawal pada awal abad ke-XNUMX, namun melalui berbagai gerakan seni telah melalui beberapa tahap yang membawanya untuk mengekspresikan banyak realitas dan kreasi seniman, di antaranya adalah sebagai berikut informalisme tahap ini dipahami dari tahun 1945 hingga tahun 1960, terjadi secara paralel dengan gerakan ekspresionis di Amerika Serikat, dan berfokus pada seni abstrak, tetapi pada saat yang sama banyak aliran artistik dibedakan seperti abstraksi liris, lukisan materi. pop terbentang dari tahun 1960 hingga 1975 dan didasarkan pada penggunaan gambar dari budaya populer seperti iklan dan buku komik. Bahkan telah mempengaruhi dunia perfilman dengan berfokus pada mencari hal-hal yang dangkal melalui penggunaan ironi. Dekonstruksi dan Postmodernitas Hal ini ditandai dengan menentang seni modern dan mencoba membuat refleksi dari masyarakat saat ini. Tetapi pada saat yang sama ia menolak semua gerakan artistik karena ia menganggap semua gerakan ini gagal karena seni berbicara tentang seni itu sendiri tanpa harus menjadi tugas sosial. Jika Anda menganggap artikel tentang seni kontemporer ini penting, saya mengundang Anda untuk mengunjungi tautan berikut seni mesir arsitektur Romawi Piramida Mesir dan Arsitektur Pemakaman Isi artikel mengikuti prinsip kami etika editorial. Untuk melaporkan kesalahan, klik di sini.
Ilustrasi seni kontemporer. Foto Freepik. Seni kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Cabang seni ini tidak terikat dengan aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman bahasa, kontemporer memiliki arti kekinian dan modern. Seni kontemporer sendiri mencerminkan adanya kebebasan dalam menentukan suatu hal seperti tema, media, dan teknik Ayu Trisnawati dalam buku Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar menyebutkan, seni kontemporer memiliki istilah umum Contemporary Art. Istilah tersebut dikenal di negara barat sebagai produk seni yang dibuat sejak Perang Dunia dalam buku Dialek Visual Perbincangan Seni Rupa Bali menyebutkan, cabang seni ini dikenal di Indonesia sejak tahun 1970-an. Setelah berkembangnya seni kontemporer, muncul berbagai ragam teknik dan media untuk memproduksi suatu karya seni. Tokoh yang pertama kali menggunakan istilah seni kontemporer adalah Gregorius Sidharta Soegijo asal Yogyakarta. Ia merupakan seniman patung yang terkenal. Salah satu karyanya yang dikenal dunia adalah Tangisan Dewi Betari dan Tongggak tokoh seniman Indonesia yang meramaikan istilah seni kontemporer di antaranya adalah Heri Dono, Eddie Hara, Tisna Sanjaya, Agus Suwage, Nindityo, Arahmaiani, Tita Rubi, dan masih banyak dari buku Pengantar Seni Drama di SD karya Safrianus Haryanto Djehaut, karya seni kontemporer yang dihasilkan para seniman tidak hanya karya yang indah. Akan tetapi, juga menghasilkan karya yang dianggap tidak indah dan tidak seni yang tidak menyenangkan biasanya memiliki tema persoalan yang rumit. Contohnya seperti fenomena kesengsaraan, kemiskinan, kekacauan, atau protes sosial dalam seni kontemporer dibuat dalam berbagai bentuk ungkapan media dengan berbagai teknik produksi. Sehingga, cabang seni ini banyak memadukan semua unsur seni. Berikut contoh seni kontemporer dalam cabang seni rupa yang menarik untuk Seni Kontemporer dalam Cabang Seni RupaIlustrasi seni rupa kontemporer. Foto Freepik. Dikutip dari buku Seni Budaya terbitan Yudhistira Ghalia Indonesia, contoh karya seni rupa kontemporer yaitu seni instalasi, seni rupa video, seni rupa lingkungan, dan seni rupa pertunjukan. Berikut paparan singkat dari contoh karya seni rupa kontemporer instalasi dibuat dengan menggabungkan berbagai bentuk karya baik dua dimensi, tiga dimensi, dan tidak terbatas dan membentuk kesatuan yang baru. Jenis karya seni rupa ini biasanya ditampilkan saat adanya pameran di galeri dengan seni lukis atau seni patung yang tinggal di pajang, seni instalasi harus dipasang dan disusun terlebih dahulu karena terdiri dari banyak benda. Baik benda seni maupun benda di luar konteks seni contoh seni kontemporer. Foto Freepik. Seni rupa video ada sejak tahun 1960 dan telah berkembang pesat di Indonesia. Tidak hanya sebagai media berekspresi, seni rupa video juga bisa dinikmati seni rupa kontemporer ini dapat ditonton secara online maupun offline dan menjadi salah satu yang paling efisien. Selain itu, seni rupa video dapat digunakan sebagai media pendidikan yang tidak dibatasi ruang dan rupa lingkungan berkembang dari sebuah gerakan peduli lingkungan. Media yang digunakan berasal dari limbah, seperti plastik bekas dan botol lingkungan dapat membawa pengaruh baik pada lingkungan sekitar. Contohnya mengurangi sampah plastik dengan merubahnya menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika dan nilai guna. Seni rupa pertunjukkan mulai berkembang pada tahun 1960. Seni rupa ini menampilkan berbagai karya yang berkaitan dengan ekspresi, bunyi, dan gerakan sehingga menghasilkan pertunjukan yang beberapa elemen dalam seni rupa pertunjukan meliputi tari, musik, teater, dan video yang mempunyai keunikannya masing-masing. Selain itu, seni rupa pertunjukan identik dengan improvisasi.
karya seni rupa kontemporer banyak diciptakan dengan teknik